Hanya, Sekedar, Saja




[Hanya, Sekedar, Saja]


[Zahraa Al-Fatih]

[Only Story]

[zahraasryn.blogspot.com]
[ig @zahrasryn_]
[tw @ovfal]
[23/04/2020]





It’s just story. Only story. Just only story. Wkwkwk


    





























Bismillah

Apa yang terjadi seminggu ini sungguh sangat luar biasa sesuatu J. Dimulai dari Sabtu kemarin, saat produksi orderan 300 bungkus dimsum dimulai. Saat itu sudah terbayang, lama waktu pengerjaan yang diperlukan. Namun semua semakin berat saat… ada hal-hal yang terjadi diluar prediksi. Diawali dari bahan baku ayam yang tidak seperti biasa; membuat tambahan pekerjaan baru. Juga kondisi kulit pangsit yang… ah, semua jadi terasa semakin berat. Beban fisik melonjak 2 hingga 3 kali lipat, karena selain produksi, ada rumah yang harus diurusi, juga makan sehari-hari. Belum lagi, waktu UTS yang jatuh pada hari Senin hingga hari Rabu. Waktu untuk belajar tak ada, tersita pada proses pengerjaan dimsum. Rasanya tidur malampun menjadi tidak tenang. Karena harus terbangun beberapa kali, akibat tangan yang sakit karena kepegalan, hingga terasa kesemutan. Akibatnya, berhari-hari rasanya tidak ada istirahat.



Kalau ingat dulu kecil, mungkin aku akan mengerang dan mengigau jika kondisinya sudah seperti itu. Namun di usia ini, aku harus bisa menahan semuanya sendiri. Karena yang merasakan kondisi seperti itu bukan aku saja. Karena di luar sana, ada orang lain yang kondisinya bisa jadi jauh lebuh buruk dari yang aku alami.

Ditambah dengan beban psikis. Rasanya UTS memang selalu menguras pikiran, bukan? Semua ujian sih sebenarnya. Tapi di situasiku saat ini, tentu saja UTS menyita pikiranku. Sehingga seluruh badan terasa sangat lelah minggu ini.

Lalu, sepintas aku tak sengaja melihat layar TV. Saat itu kulihat ada Raffi Ahmad di sana. Entah acara apa, dan stasiun TV yang mana, yang pasti itu hanya cuplikan iklan sebuah acara. Tapi melihat itu aku merasa ‘tertampar’. Katanya begini, “harus siap dari bawah, harus siap capek..”. iya, bener banget. Poin penting yang luput dari perhatian ku sebagai orang dewasa, atau ‘orang yang sudah tua’ kali ya, bahwa untuk mencapai kesuksesan, kita harus siap capek. Tidak ada yang namanya kesuksesan tanpa perjuangan. Dan perjuangan itu pasti melelahkan. Baik secara fisik maupun psikis. Dan Raffi Ahmad sudah membuktikan itu.

Pagi, siang, malam ia selalu ada di layar kaca TV, dan banyak dari kita pasti pernah bertanya “itu dia apa ga cape ya? Gada istirahatnya.” Namun hasil yang ia peroleh adalah bentuk perjuangan dia yang tidak kenal lelah. Mungkin bisa dihitung jari tangan, waktu tidurnya selama seminggu.

ϓ ϓ ϓ ϓ ϓ {ÿÐefÑÿ§ÿÐefÑÿ}͠ϓ ϓ ϓ ϓ ϓ

Lalu hari ini, rasanya seolah aku baru saja berbaikan dengan adik perempuanku. Kita tidak bertengkar, namun memang jarang sekali berkomunikasi. Karena aku memang kurang bisa berbaur, dan mencairkan suasana. Bisa dibilang ‘kaku seperti kanebo’.
Ah, iya. Tiba-tiba satu panggilan masuk ke  handphone-ku. Tidak ada nama yang tertera di sana, menandakan itu adalah nomor asing. Dari dulu, selalu ada rasa enggan untuk mengangkat telepon dari nomor asing tak dikenal. Makanya, panggilan tersebut sempat kuabaikan satu kali. Hingga nomor itu kembali masuk ke panggilan untuk kedua kalinya. Mau tak mau, akhirnya ku angkat juga panggilan tersebut. Ah. Ternyata itu adikku. J

Dari pembicaraan singkat kami, ia memintaku untuk mengisikan nomor barunya tersebut dengan pulsa. Setelah sebelumnya ‘ngadu’ karena meski sudah didaftarkan, katanya nomor tersebut masih tidak aktif –tapi bisa nelfon, berarti udah aktiflah ya-. Jadi, setelah merasa yakin bahwa nomornya aktif, ia memintaku mengisikannya pulsa. Berhubung kami dari provider yang sama, akhirnya ku putuskan untuk mengirimkannya dari nomorku sendiri (males keluar juga sih, sebenernya. Udah nyaman #dirumahaja).

Lalu aku berjibaku dengan apa ya, tadi… mungkin urusan rumah, tapi aku lupa apa. Saat HP, ku taruh begitu saja cukup lama. Biasanya, aku akan merubah mode HP-ku menjadi mode pesawat terbang jika tidak kugunakan untuk waktu yang lumayan lama. Tapi kali itu aku membiarkannya dengan jaringan data yang aktif.

Dan aku cukup kaget begitu melihat beberapa missed call di HP-ku. Sebanyak 11x, 9x panggilan biasa dan 2x panggilan WhatsApp. Ku lihat panggilan tak terjawab dari adikku. Dan ada beberapa chat juga yang berbunyi ‘Angkat teleponnya’, ‘Penting ni’, ‘buruan angkat’. Sehingga aku langsung meneleponnya balik.

Tau apa yang hendak disampaikan adikku? Katanya, salah satu teman SD-ku mengiriminya DM di instagram menanyakan nomor handphoneku. Aku kaget? Jelas. Kenapa dia tidak bertanya langsung padaku? Tapi aku sadar, aku bahkan tidak mem-follow nya di instagram. Setelah berganti akun baru, memang ada banyak orang yang akunnya terlewat untuk ku follow termasuk teman-teman SD ku. Beberapa yang cukup dekat memang sudah ku follow. Tapi tidak untuk yang kurang dekat bahkan untuk sekedar say hi! (seperti temanku yang nge-DM adikku). Wkwk

Dan, aku punya kabar gembira yang menurutku harus ku tulis di sini. Yaitu, akhirnya 300 bungkus dimsum selesai juga!!! Yeay! Kalau dihitung-hitung, butuh waktu sekitar 6 hari untuk menyelesaikan 300 bungkus, dengan berbagai hambatan dan kurangnya tenaga. Mungkin kalau saat itu situasinya aku dan adikku sedang libur, mungkin kami akan rodi dan bisa jadi selesai lebih cepat. Sekitar 3 sampai 4 hari? Dan kalau dihitung-hitung juga, 1 bungkus isi 12 dimsum. 300 bungkus x 12 = 3600 dimsum dalam 6 hari. Satu hari sekitar 600 dimsum. Walau di hari keenam sudah tidak ada produksi, hanya tinggal packing dan pemasangan label sticker.

Dan yang lebih bikin bahagianya adalah, selesai tepat satu hari sebelum masuk bulan Ramadhan. Deadline untuk pesanan sekitar tanggal 24 April (hari pertama puasa Ramadhan) hingga awal Mei. Tapi biarlah Ramadhan ini kami tidak perlu menguras banyak tenaga untuk produksi, agar lebih produktif dalam menikmati Ramadhan yang hanya datang setahun sekali. Mungkin produksi tetap ada, untuk kelangsungan hidup sehari-hari, tapi tidak diforsir dengan orderan yang tenaganya bisa terpakai berkali-kali lipat.

Muehehe

Yang biasa dapet orderan ribuan pasti heran, aku 300 bks aja seheboh itu. Ini lebih karena kami hanya industry rumahan yang semuanya dikerjakan dengan tenaga kami. Pun kami belum memiliki banyak tenaga kerja karena kurang luasnya tempat produksi, sehingga tenaga masih kami sekeluarga yang lakukan. Tapi, semoga saat usaha ini sudah berkembang pesat dan menjadi sukses, kami bisa membeli lahan produksi dan bisa merekrut karyawan untuk bekerja di usaha kami. Aamiin

ÿÐefÑÿ


Komentar

Postingan populer dari blog ini

When Your Family is Your 'Haters'

Ketika "Lupa" pada Tugas dan Kewajiban

Mencoba Transportasi Umum di Masa Pandemi