Romantika Sulit atau Mudah

Bismillah...

Hari ini saya kembali menghadiri Workshop yang diadakan oleh UMKM Sahabat Pajak (USP) bekerja sama dengan Kantor Pelayan Pajak Pondok Aren (KPP Pondok Aren), Kampus PKN STAN, Bintaro dan Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF). Tepat pukul setengah 7 pagi, saya meluncur dari rumah menuju lokasi menggunakan sepeda motor. Hanya satu hingga satu setengah jam perjalanan, saya telah sampai di lokasi Workshop.


Ada 4 materi Workshop yang disampaikan hari ini. Diantaranya adalah materi yang disampaikan oleh bapak M. B. Teguh selaku Dewan Syariah Nasional sejak tahun 2015 hingga sekarang. Jika melihat profilnya di social media, dapat diketahui pula bahwa beliau adalah seorang Islamic finance specialist di Independent Financial Planner(2007-sekarang), Waris & Zakat Specialist, dan Anggota Dewan Pengawas Syari'ah Bank OCBC NISP, Tbk (2009-sekarang). Materi yang beliau sampaikan hari inipun tidak jauh dari bidang yang beliau tekuni. 



PLANNING

Diantara materi-materi yang beliau sampaikan adalah sebagai berikut; 


"Dalam mengatur keuangan kita, terutama sebagai seorang pengusaha, tentu kita perlu membuat yang namanya Planning atau Perencanaan. Kira-kira, rencana keuangan kita seperti apa? Kita ingin apa sih kedepannya? Tentu hal-hal semacam itu menuntut kita memiliki tujuan yang jelas. Dan juga menuntut kita menemukan cara atau jalan apa yang akan kita tempuh untuk sampai pada tujuan kita. Ibarat kita mau pergi ke suatu tempat. Kita harus memiliki tujuan yang jelas, baru akan tahu jalur mana yang baik untuk ditempuh. Seperti saya hari ini. Hari ini sebenarnya saya ada mengisi workshop juga di daerah SCBD, Sudirman. Selesai jam setengah 12. Kemudian saya punya tujuan bahwa sebelum jam 1, saya harus sudah ada di Bintaro. Sedangkan jalur menuju Bintaro dari Sudirman ada banyak. Maka jalur mana yang baiknya saya tempuh? Tentu, jalur yang mengantarkan saya pada tujuan saya dan yang tentunya memiliki waktu tempuh yang efisien. Mengingat saya harus segera sampai, akhirnya saya memilih jalan melalui pakubuwono kemudian ciputat hingga sampailah saya di tujuan. Dan ALhamdulillah, saya tadi sampai di sini jam setengah 1."




Jadi mari kita ubah mindset kita bahwa "Pengeluaran kita terbatas, sedangkan Pendapatan kita sangat-sangat tidak terbatas."
Bapak Muhammad B. Teguh saat sedang menyampaikan materi.
"Untuk dapat merencanakan keuangan, kita harus melihat kondisi keuangan kita. Apakah keuangan kita termasuk dalam kategori sehat atau tidak? Karena jika keuangan kita, jauh dari kata "sehat", maka yang terjadi adalah usaha kita tidak akan pernah maju. Lalu cara kita mengetahui kondisi keuangan kita sehat atau tidak itu bagaimana?

Pertama, cicilan tidak boleh lebih dari 30% dari pendapatan kita setiap bulannya. 
Misal, gaji kita satu bulan 1 juta. Kemudian, hutang atau ciclan yang harus dibayar pada bulan itu adalah 450ribu atau sekitar 45%. Maka keuangan kita dapat dikategorikan pada keuangan yang tidak sehat. Bagaimana membuatnya menjadi sehat? Rencanakan untuk tidak boleh melakukan cicilan pada bulan berikutnya, sampai cicilan sebelumnya lunas atau kurang dari 30%.

Kedua adalah Liquidity Ratio yang tidak boleh kurang dari 4 x pengeluaran perbulan. 

Nah, apa ini maksudnya? Maksudnya adalah langsung pada contoh. Misal, bu Fera memiliki gaji setiap bulannya sebesar 20 juta. Kemudian pengeluaran bu Fera sebulan sebesar 5jt. Maka (20:5=4). Jadi Liquidity Ratio bu Fera adalah 4 x pengeluaran, dan ini berarti keuangan bu Fera adalah sehat. Yang tidak sehat yang seperti apa? Ya tinggal misalkan aja, dengan gaji 20 jt, pengeluarannya perbulan 10jt. Maka Liquidity Rationya adalah 2, yang berarti dibawah dari 4. Maka keuangannya menjadi tidak sehat.

Sebenernya, benar ga pernyataan orang-orang yang bilang "Pendapatan saya terbatas, sedangkan pengeluaran saya tidak terbatas." Saya sering sekali dengar orang yang mengatakan hal ini. Bener ga, sih? 


Kalau saya analogikan, pernyataan tersebut SALAH besar. Kenapa?

Coba, kalian beli mobil 5. Yang dipakai berapa? SATU. Ga mungkin, kan kalian beli mobil 5, terus dinaikin lima-lima nya?
Yang ibu-ibu nih... Ibu beli tas 10. Yang dipake arisan berapa? SATU. Masa iya, bu dipake semua 10-10 nya???
Jadi apa? Pengeluaran kita sebenarnya yang terbatas.
Kalau misalnya, disuruh memilih "Lebih sulit mana, menahan pengeluaran atau mencari pemasukan sebanyak-banyaknya??"

Saya sudah pernah mencoba, menahan pengeluaran. Sampai rasanya ikat pinggang itu udah paling pol ga bisa dikecilin lagi. Saya hanya mampu menahan pengeluaran sebesar 300ribu pada bulan itu. Bulan depannya, saya coba kerja di sini, ngajar di sana, buka usaha ini-itu, Alhamdulillah saya dapat sampai bilangan juta. coba mending mana? 300 rb atau ibaratlah dari hasil ini itu, sebulan dpt tambahan 1 juta. mending 300ribu atau 1 juta???


Jadi mari kita ubah mindset kita dari "Pendapatan saya terbatas, sedangkan pengeluaran saya tidak terbatas." menjadi "Pengeluaran saya terbatas, sedangkan Pendapatan kita sangat-sangat tidak terbatas." Karena sebenarnya yang juga tidak terbatas itu adalah keinginan kita. Liat tas lucu pengen. Beli. Terjadilah pengeluaran. Menyebabkan akhirnya pengeluaran kita diluar kendali.


Dalam Al-Quran, Allah berfirman: 

أَلا إِنَّ لِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ...
”Ingatlah, sesungguhnya kepunyaan Allah apa yang ada di langit dan di bumi...”[QS. Yunus : 55]
.أَلا إِنَّ لِلَّهِ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَمَنْ فِي الأرْضِ وَمَا يَتَّبِعُ الَّذِينَ يَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ شُرَكَاءَ... 
“Ingatlah, sesungguhnya kepunyaan Allah semua yang ada di langit dan di bumi. Dan orang-orang yang menyeru sekutu-sekutu selain Allah, tidaklah mengikuti (suatu keyakinan)...” [QS. Yunus : 66].

Hal ini menegaskan bahwa harta yang kita miliki adalah milik Allah. Sehingga berapapun yang kita terima, adalah semua berasal dari Allah. Dialah yang memberi kita harta tersebut. Sangat mudah bagi-Nya memberi kita harta yang banyak. Namun pertanyaannya sekarang, sudah pantaskah kita menerimanya?

Dalam ayat lain dalam Al-Quran di surat Al-Hadid Allah berfirman

آمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَأَنْفِقُوا مِمَّا جَعَلَكُمْ مُسْتَخْلَفِينَ فِيهِ فَالَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَأَنْفَقُوا لَهُمْ أَجْرٌ كَبِيرٌ
”Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-orang yang beriman diantara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari hartanya memperoleh pahala yang besar” [QS. Al-Hadid : 7]. 

Jelas dalam ayat tersebut bahwa kita, sebagai manusia hanyalah menerima titipan yang Allah beri pada kita. Tentu, Allah telah melihat kadar kepantasan kita dalam menerima hartanya. Seperti seseorang yang menitipkan barang pada orang lain, tentu ia tidak akan asal dalam memilih orang yang ia percayai menjaga barangnya. Pun begitu dengan Allah. Sehingga dekat-dekatlah dengan Allah dan buatlah Allah mempercayai kita untuk diberi amanah hartaNya.

Ketiga, dan ini adalah indeks terakhir mengetahui apakah keuangan kita sehat atau tidak, adalah memiliki tabungan minimum 10% dari pendapatan perbulan. Dalam hal menabung ini tidak mesti kita menabung dalam bentuk uang di bank atau celengan. Jaman sekarang ini ada banyak cara menabung yang lebih efisien, tergantung dari pada rencana kita menggunakan tabungan itu di masa depan. Sebagai contoh,

anak saya saat ini kelas 1 SMP. Saya tentu memiliki rencana kedepan agar anak saya setelah lulus SMP akan masuk SMA dan Universitas. Oleh karna itu, sayapun menabung untuk biaya sekolah anak saya tersebut. Namun tentu saya tidak bisa menabung dalam bentuk investasi karna tidak cocok dengan tujuan saya. Kalaulah rencana saya menabung untuk masa tua saya, dimana saya sudah tidak lagi bisa produktif, maka bermain di saham, misalnya, bisa saja dilakukan. Tapi untuk biaya anak sekolah, taruhlah saya nabung di bank karna itu lebih cocok. Saya tidak mungkin mengambil resiko tinggi karna ini untuk masa depan anak saya.


Tapi ini saya mau kasih tau ya, tidak ada menabung atau investasi yang tidak ada resiko. SEMUA investasi pasti ada resiko. Jadi kalau misalnya ada yang nawarin investasi tanpa resiko, anda sudah bisa pastikan bahwa dia berbohong.

(Ada pertanyaan masuk)

"Pak, bagaimana seandainya kita banyak menabung, investasi harta sana-sini, bukankah itu termasuk kedalam yang menimbun harta? Bukankah Allah telah melarang keras tentang hal ini? ("Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih, pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka Jahannam, lalu dibakar dengannya dahi, lambung dan punggung mereka, (lalu dikatakan) kepada mereka: "Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu." {Q.S. At-Taubah [9] : 34-35})

Oh, tentu saja semua itu kembali ke niat. Kita di sini niat untuk menabung loh, bukan untuk sengaja menimbun harta karna kita pelit dan tidak ingin hartanya dipakai untuk orang lain. Yang mana artinya menabung ini, di masa mendatang kita akan memakai hasil tabungan itu. Dalam Al-Quran pun Allah telah menentukan hal nabung menabung ini. Dalam firmanNya di Surat Yusuf ayat 47-49 yang artinya:

"Yusuf berkata: "Supaya kamu bertanam tujuh tahun (lamanya) sebagaimana biasa; maka apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan dibulirnya kecuali sedikit untuk kamu makan. Kemudian sesuadah itu akan datang tujuh tahun yang amat sulit, yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya, kecuali sedikit dari (bibit gandum) yang kamu simpan. Kemudian setelah itu akan datang tahun yang padanya manusia diberi hujan (dengan cukup) dan di masa itu mereka memeras anggur."

Jelas, bukan? Dalam petikan arti di atas, bahwa Nabi Yusuf menyuruh untuk bertanam selama tujuh tahun, atau bisa kita artikan di sini adalah bekerja. Kemudian "apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan kecuali sedikit untuk dimakan" yan mana saat kita sudah mendapat hasil dari kerja kita, terutama saat usaha kita mendapat untung besar, maka ambil sedikit untuk makan dan sisanya disimpan. Untuk apa? "Akan datang tujuh tahun yang amat sulit, yang menghabiskan apa yang kamu simpan", jadi keuntungan usaha yang kita simpan itu bisa jadi kita gunakan saat masa sulit datang. Sebagai pengusaha tentu kita tidak selalu berada di atas, mendapat keuntungan. Akan ada masanya dimana usaha kita menurun, omzetnya tidak sebesar dulu, penjualan tidak begitu ramai. Di tahap inilah simpanan kita bisa digunakan misalnya untuk membuat inovasi baru agar usahanya ramai lagi. Atau bisa digunakan untuk hal lain tergantung bagaimana kita mensikapi masa sulit itu."


(Materi Terakhir)

Islamic Cash Flow Management (Perencaan Keuangan Syariah)
1. Bayar hutang. Ini hukumnya wajib, karena sampai di akhiratpun akan ditagih. Tadi telah disebut di atas, bahwa keuangan yang sehat adalah yang hutangnya tidak lebih dari 30% dari pendapatan/bulan.
2. Zakat. (minimal 2,5%) Jangan ragu, ini adalah hubungan kita sama Allah. Kalau kita ikhlaskan dengan niat yang benar-benar  ikhlas, Allah pasti akan menggantinya.
3. Investasi / menabung (20-30%)
4. Pengeluaran rutin (20-40%)
5. Life style (maksimal 20%)
Urutan di atas jangan sampai ditukar. Jangan no.5 jadi no.1 , karena akan berbahaya untuk keuangannya.
Saya ingin sedikit cerita, saat ini uang jajan anak saya sehari itu 5ribu. Tahun 2017 ya, uang jajan anak saya 5ribu. Usia saya dengan anak saya berbeda sekitar 27 tahun. Dulu saat saya seusia anak saya, uang jajan saya itu 50 rupiah. Ini coba dilihat baik-baik. Saat jaman saya 50 rupiah. Jamannya anak saya sudah 5ribu rupiah perhari. Dengan selisih 27 tahun. Coba di sini kita bayangkan, anak-anak kita sudah besar nanti, mereka kasih jajan ke anak mereka berapa? Jika selisih 27 tahun saja, dengan kenaikan hingga 100 x, maka ada kemungkinan uang jajan mereka perhari, ini inget loh ya PERHARI, bisa saja (5000 x 100 = 500.000), jadi gaji perbulan mereka berapa? ya kalo jaman sekarang 10 juta perbulan, maka 27 tahun yang akan datang bisa jadi 1 M perbulan. Ya, tapi ini masih hitungan kasar loh ya. Makanya menabung itu perlu.


Minggu 4&5 #1minggu1cerita

Komentar

  1. Duuuh.. Lansung ngaca sama peneluaran yg kadang brutal.. Hehe..
    Hmm.. 30% .. Nah itu.. Brarti termasuk blom sehat nih #eeh.. Haha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya teh. Banyak yang merasa punya uang banyak berarti hidupnya enak. Padahal kalau keuangannya ga sehat, lama-lama hidupnya jadi susah dan uangnya habis.. Sama-sama kita benahi keuangan, teh. (saya juga baru belajar soalnya, hehe)
      makasih udah mampir ya, teh. Saya sudah mampir tapi belom meninggalkan jejak, maaf yaa

      Hapus
  2. Semangat menabung.... Aku pun baru bisa menyisihkan kurang dr 10% untuk menabung... Tahun depan insyaa Allah ditingkatkan...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin. Sama-sama ya, teh kita saling berubah menjadi lebih baik :) Makasih loh udah mampir~ Maaf belum meninggalkan jejak di blognya teh Chika :(

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

When Your Family is Your 'Haters'

Mencoba Transportasi Umum di Masa Pandemi

Ketika "Lupa" pada Tugas dan Kewajiban