Dibalik sebuah tanggal

Suatu hari di hari Sabtu, bunda dan ayah yang sedang bersantai menonton TV tiba-tiba mendapat telepon. Setelah menerima telepon tersebut, mendadak mereka langsung bersiap-siap mengganti pakaian dengan terburu. Bunda terlihat panik, dan dengan suara gemetar berkata kepadaku, "Kakak... di rumah jaga adik-adik ya. Ini ... bunda kasih uang ... untuk beli lauk kalau di dapur habis. Beli... mie instan juga gapapa." Bunda memberikan selembar uang hijau 20 ribu rupiah.

Aku yang saat itu sudah duduk di bangku SMA kelas 2 pun hanya mengiyakan dengan perasaan bingung. Ditengah kepanikan itu, aku ragu menanyakan alasan ayah dan bunda tampak terburu-buru pergi.

"Bunda kayanya nanti malem ga pulang. Ini mau ke RS sampai besok. Mbah akung masuk ICU", jelas bunda setelah siap untuk berangkat, menjawab kebingunganku. "Jangan lupa kalau malam kunci pintunya. Handphonenya jangan dimatiin. Kalau ada apa-apa biar gampang dihubungi", lanjut bunda sambil berjalan keluar. Ayah sudah diluar dengan sepeda motornya. Begitulah ayah dan bunda pergi menuju rumah sakit setelah mendengar kabar bahwa kakekku dari ayah jatuh sakit.

Esoknya, pagi-pagi sekali bunda dan ayah sudah pulang. Sekitar jam 6 pagi. Sepertinya berangkat dari rumah sakit sehabis subuh. Rumahku dan rumah sakit tempat kakek dirawat memang tidak terlalu jauh meski sudah beda kota. Karena posisi rumahku yang berada diperbatasan antara Jakarta dan Depok.

Setelah pulang, ayah dan bunda hanya di kamar. Istirahat. Belakangan baru ku tahu ternyata malam itu mereka tidak pulang karena harus begadang menjaga kakek bergantian dengan nenek dan adik ayahku. Karena hari itu hari Minggu, aku dan adik-adikku yang sedang liburpun juga ikut bersantai saja tanpa ada pikiran aneh apapun.

Sekitar jam 10 pagi, bunda dan ayah terlihat kembali sibuk bersiap. Terdengar sayup suara bunda menangis terisak sambil berkata kepada ayah, "kalau gitu tadi kita gausah pulang, yah." 😭

Dengan sangat alami, dan seolah tidak terjadi apa-apa, bunda mendatangiku. "Kakak, bunda sama ayah mau ke rumah sakit lagi. Barusan bunda ditelepon kalo Mbah meninggal. Kakak sama adik-adik gabisa bunda ajak karena nanti di sana ramai. Nanti ke sananya kalau udah 7 harian aja ya. Besok gausah sekolah dulu. Bunda sama ayah belum tau pulang kapan."

Setelah itu bunda dan ayah pergi. Aku merasa waktu berlalu begitu saja, dan aku bahkan tidak merasakan kesedihan apapun. Meski aku tau kedua orang tuaku pasti merasakan sedih luar biasa, tapi mereka tidak menunjukkannya di hadapanku dan adik-adik.

Sorenya, ayah mengirim sebuah pesan singkat. Aku cukup kaget juga, karena aku bahkan lupa dengan hari itu.

Kakak, selamat ulang tahun ya. Semoga jadi anak sholehah, dan menjadi orang yg sukses. Hadiahnya nanti nyusul yah. Kakak mau hadiah apa?

Dan saat itu, entah karena kepolosan seorang anak umur 15 tahun yang beranjak 16 tahun, atau memang aku yang sangat tidak peka, bisa-bisanya aku malah membalas, "kakak mau kalkulator, yah. Soalnya pelajaran IPA nya udah mulai susah. Harus punya kalkulator."

Kalau sekarang dipikir dan diingat lagi, rasanya air mata selalu tumpah tak dapat terbendung. Tanggal yang menjadi tanggal ketika usiaku di dunia berkurang sekaligus sebagai pengingat jika kematian itu sangat dekat. Yang orang lain namakan sebagai Hari Ulang Tahun, sekarang bagiku tanggal itu tidak lain menjadi sebaik-baiknya hari untukku bermuhasabah.

Tanggal ketika ayahku kehilangan ayahnya, dihari itu pula sesosok bayi mungil lahir dan terus bertumbuh menjadi wanita dewasa. Ketika ayahku mengingatku, ia juga mengingat ayahnya. Ketika ayahku mengingat ayahnya, maka ia juga akan mengingatku.

Pun aku, tanggal di mana aku tidak lagi bisa hanya memikirkan diriku sendiri. Namun ada kakekku di sana. Ada ayahku, yang harus selalu ku perlakukan dengan baik, karena aku tidak pernah tau umur ayahku sampai kapan. Dan juga ada ibuku. Dimana selalu berusaha untuk selalu ada di sisi orang yang disayanginya. 

Komentar

  1. Innalillahi, semoga Mbah nya diampuni dosa-dosanya, dan diterima amal ibadahnya serta ditempatkan di tempat yang terbaik oleh-Nya. Aamiin..

    BalasHapus
  2. Innalillahiwainailaihirojiun semoga mbah diterima amalanya dan diampuni segala dosa

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mencoba Transportasi Umum di Masa Pandemi

Kisah Khidir dan Nabi Musa (Part 2)

Being an I GOT7♥