Maaf yang tak Terucap

Sesempurna dirimu di mataku, sebesar rasa cintaku untukmu, seperti itulah perasaanku memaafkan kesalahanmu.

Lombok, 29 April 2019

Muzakki menatap hamparan laut di hadapannya dengan perasaan penuh kebahagiaan. Bagaimanapun juga, ini liburan pertamanya sejak ia resmi bekerja sebagai General Manager di sebuah perusahaan swasta di Bandung. Melewati tahap demi tahap untuk beradaptasi dan menyesuaikan diri yang tidaklah mudah, membuatnya memutuskan untuk sejenak rehat dari kegiatannya itu. Ia akui, menjadi GM benar-benar telah menguras banyak tenaga dan fikirannya. Begitupun-ia kira- dengan sekretarisnya yang ia serahkan pekerjaannya padanya. Sehingga meski ia kini tengah berlibur, ia tidak sepenuhnya menyerahkan pekerjaan pada sekretarisnya. Ia masih merasa bertanggung jawab dan akan memonitor beberapa pekerjaan setiap dua hari sekali. Karena ia tahu betul seperti apa sekretarisnya itu.

Selama liburannyapun, ia telah merencakan beberapa hal untuk dilakukan. Terutama karena liburan ini ia habiskan di Lombok, yang memiliki destinasi wisata bak surga. Mengalahkan pemandangan yang dimiliki oleh Bandung, kota tempat tinggalnya itu. Beberapa kali ke Lembang, misalnya, ia sudah jenuh untuk datang lagi ke sana. Meski ia akui keindahan dan kenyamanannya berada di sana, sudah lagi berkurang keampuhannya untuk dijadikan tujuan liburan. Kecuali jika sekedar mendinginkan kepala dari rasa seperti-ingin-pecah saat pekerjaan benar-benar sedang menumpuk. Atau saat ingin lebih mengakrabkan diri dengan teman-teman kantor, maka Lembang baginya sudah lebih dari cukup.

Hari pertama datang, rencana yang sudah disiapkannya adalah menginap seharian di hotel yang telah dibooking-nya. Baginya, ia butuh waktu untuk mengistirahatkan badannya sehari saja. Saat ia sedang bekerja, waktu istirahat bahkan waktu tidurnya hanya 3 jam saja setiap hari. Bundanya sudah beberapa kali mengingatkannya, menasihatinya, untuk tidak terlalu memaksakan diri. Tapi ia yang entah sejak kapan jadi keras kepala itu, selalu menjawab bundanya dengan santai, bahwa ia akan baik-baik saja dan menyuruhnya jangan merasa cemas. Dan kinilah saat ia harus menuruti bundanya. Karena akhirnya ia mulai merasa lelah dan jadi tersadar betapa keras ia pada dirinya sendiri selama ini.

Sudah hampir seminggu ia di Lombok. Berbagai tempat telah dijelajahinya. Paling tidak dalam sehari, ia bisa datang ke dua atau tiga tempat berbeda. Tentunya saat ia sudah merasa cukup puas berada di sana. Berbagai kuliner telah dicobanya. Dari yang kaki lima sampai yang sekelas restoranpun sudah didatanginya. Meski belum semua. Ia bahkan tidak makan di hotel kecuali saat sarapan. Itupun kalau tidak salah, hanya tiga hari pertama. 

Pemandangan pantai yang ada di hadapannya ini benar-benar membuatnya mabuk akan kebebasan.
Perasaan ingin terus berada di sini, dan melihat pemandangan ini lagi dan lagi. Tiba-tiba di tengah ia menikmati perasaannya itu ia mendengar suara sayup-sayup dari kejauhan. Samar tapi ia yakin seperti seseorang tengah memanggil namanya.

"Pak Muzakki...!! Pak Muzakki..!!"

Ia toleh kenan dan kiri, tidak ada orang yang dikenalnya. Namun sedetik kemudian ia tersenyum dan setengah melambaikan tangan, malu. Arah jam 11, seorang gadis yang baru saja lulus SMA menghampirinya. Kalau boleh jujur, ia dan gadis itu baru saja bertemu dua hari yang lalu di lift hotel. Sifat gadis itu yang ramah dan cerewetlah yang menjadi awal perkenalan mereka. Dan kini, tanpa janjian terlebih dulu, mereka kembali bertemu di pantai.

"Jangan panggil aku, Pak. Anggap aja kakak sendiri. Lagian aku juga belum nikah. Malah aneh kalo kamu panggil, pak..." Muzakki langsung nyerocos begitu gadis itu tiba di hadapannya.

"Hehe, iya ka Muzakki. Tapi Hana yang ga enak sama bapak eh kakak. Soalnya hebat banget sih, masih muda udah punya jabatan. Sayang aja belum nikah.." Jawab Hana dengan riang, seperti biasa.

"Kamu ngga sama keluargamu..?" tanyanya begitu melihat Hana sendirian sambil mengalihkan soal topik menikah.

"Ngga, ka. Lagi pengen jalan sendirian aja. Tapi mereka ada kok, duduk-duduk di pasir sebelah sana." Katanya sambil menunjuk ke arah ia datang tadi.

"Oke, mau jalan bareng ga?" tawarnya.

"Ngga, lagi pengen sendiri. Ini cuma nyapa aja. Dah, ka. Hana lanjut jalan dulu yaa.." Hana pun melangkah menjauh sambil melambaikan tangan padanya.

Muzakki menghela nafas sesaat, sebelum kemudian melangkahkan kakinya mengikuti langkah kaki Hana. Entah kenapa ia ingin menemaninya meski dari jauh. Meski mungkin Hana tak tahu dan tak sadar akan kehadirannya. Entah, ia merasa sedih saat setiap kali melihat Hana. Padahal jelas di depan matanya, bahwa Hana adalah gadis yang bahagia dan ceria,

"Kakak ngikutin Hana?"

Muzakki tersentak. Tiba-tiba saja Hana yang berada 2-3 meter di depannya tengah menoleh ke arahnya dengan pandangan bingung. Ia lalu menghela nafas sejenak, memberi ruang pada hati dan pikirannya agar tak lagi merasa kalut. Terutama di depan Hana. Tak boleh ada lagi tampang semrawut di depannya. Ia pun tersenyum.

"Iya, aku ikutin kamu. Abisnya aku gatau mau ke mana. Jadi iseng aja ngikutin kamu."

"Oh gitu. Oia, kakak pulang kapan ke Bandung?"

Sambil berjalan mendekati Hana, ia menjawab "Mungkin minggu depan. Kalo Hana kapan?"

"Besok.!" Jawab Hana begitu Muzakki baru saja menyelesaikan pertanyaannya. Dijawabnya pertanyaan itu dengan wajah cerah. Seolah besok, tak apa kalau tidak lagi bertemu Muzakki. Seolah pertemuan mereka hanya bumbu-bumbu liburan yang menyenangkan yang bisa terjadi pada random personal. Tapi tidak bagi Muzakki. Ia masih ingin bersama Hana meski hanya di sini sampai saat ia pulang nanti. Tidak ingin Hana pulang lebih cepat.

Pulang dari pantai, semua rencananya berantakan. Masih jelas di fikirannya akan sosok Hana yang memberi tahunya bahwa ia akan pulang dengan jadwal penerbangan pagi. Sekitar jam 9, katanya.

_________________________________________________________________________________

Akhirnya Muzakki memutuskan mengantar Hana ke bandara. Di bandara mereka saling bertukar no. Hp dan alamat rumah. "Jika saya sedang dinas atau jalan-jalan ke sana, mungkin bisa mampir..."alasan klise nan basi yang dikatakan Muzakki. Namun tak apa, asal Hana baik-baik saja. Ia senang melihat senyum indah dari gadis yang baru seminggu ini ditemuinya. Senyum indah yang pada kenyataannya justru menyimpan banyak luka.

_________________________________________________________________________________

Jakarta, 15 Juli 2019

Begitu pulang dari Lombok, ia kembali disibukkan dengan pekerjaannya sebagai GM. Terutama jadwal-jadwal rapat penting yang tidak bisa diwakilkan oleh sekretarisnya telah mengantri sepanjang hari tanpa henti. Dokumen dan berkas-berkas penting yang harus ia tanda tangani langsung. Meski sekretarisnya memiliki wewenang untuk menggunakan cap tanda tangan sebagai alat untuk dokumen-dokumen darurat, namun beberapa dokumen penting tetap harus ia pertanggung jawabkan.

Ia sudah tak peduli soal Hana. Mengejar kesibukannya membuatnya tak memiliki barang satu menitpun untuk menghubunginya. Memang beberapa kali terlintas bayang di benaknya. Ia tepis perlahan-perlahan dalam rasa sakit nan rindu yang berpadu. Bila Hana datang padanya, ia tidak akan pernah mengabaikannya, janjinnya pada dirinya sendiri.

Dan siang itu, ia harus memenuhi janjinya.

Kakak, apa kabar? Hana kangen deh!! πŸ˜‰

Maaf yah, Hana baru bsa ngabarin.. Cz Hana lupa klo kakak pasti sibuk skrg.. Maklumlah~~ General ManagerπŸ’§πŸ˜„

Pdhl Hana nunggu kbar dr kakak. hehe

Hana egois ya?

Oia, kakak lg apa? Hana ganggu ga? Ini jam makan siang, kan?

Beberapa massage dari Hana masuk ke Hp nya. Berkali-kali ia bolak-balik membaca pesan yang sangat-tidak-penting itu. Pesan basa-basi yang jarang sekali masuk ke hpnya. Biasanya ia hanya menerima pesan dari karyawan kantor, pegawai atau klien nya saja. Tentu isinya berupa hal-hal yang terkait dengan pekerjaan. Sejenak ia bingung kemudian bahagia. Kertas di mejanya ia tinggalkan begitu saja untuk membalas pesan Hana -sesuai janjinya-.

aku baik, Han. km apa kbr?
mianhae~
gak lah. kenapa egois? skrg jam makan siang sih, tp bbrpa berkas msh ada yg lg dibaca2 aja.
_

Kakak kpn main ke rumah?
haha
blm dpt tugas dinas ke sini yyaaa???

Kak, makan dlu... 
Iiiihhh... >,< kakak sok korea nihh...
_

Oppa emang orang Korea 🎢
_

boongnya bisa bgt! tau aja Hana suka k-pop πŸ˜ƒ

Ia bukan berniat mengabaikan Hana kalau saja sekretarisnya tidak mendatangi ruangannya. Akhirnya rutinitasnya kembali dan ia kelabakan menyelesaikan berkas yang terbengkalai karena membalas pesan Hana. It's the first time I do it! rutuknya dalam hati dengan perasaan jengkel.

_________________________________________________________________________________
Waktu berlalu dengan cepat. Maafkan Hana, karena ia pergi begitu cepat sebelum bertemu lagi dengan Muzakki.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

When Your Family is Your 'Haters'

Mencoba Transportasi Umum di Masa Pandemi

Ketika "Lupa" pada Tugas dan Kewajiban