Ramadhan Hari Pertama dan kejadian sebelumnya (1)



Tak terasa sudah mau weekend lagi. Kayanya terlalu banyak tanggal merah beberapa minggu ini. Sehingga tidak terasa efektifitas dan efisiensi kinerja di weekdays...😪

Daaan seperti minggu-minggu sebelumnyaaa, tidak terasa deadline #1minggu1cerita tinggal 2 hari lagi. Hemmm
Bingung juga sih, mau nulis tentang apa. Karena masih new bie banget, masih belom bisa bikin blog yang tulisannya bagus, belum bisa bikin konten yang menarik, belum bisa membagi mana tulisan yang penuh manfaat dan enak dibaca orang; mana yang cuma curhat doang. Apalagi setelah BW (Blog walking) ke blog-blog yang udah sering review buku /film, bikin resep kue, tips-trik ujian atau apalah apalah yang menambah wawasan baru. Jadi terasa semakin minder tapi semangat juga pengen suatu saat bisa kaya mereka. Karena setelah lihat blog-blog mereka, judul postingan blog mereka udah banyak yang ratusan. Awal ngeblog tahun 2012, 2013, 2014. Ga kaya aku yang baru ngeblog januari eh februari 2017. Haha
Jadi aku membesarkan hatiku, wajar kok tulisan mereka bagus. Toh kalo diumpamakan mereka ngeblog MINIMAL #1minggu1cerita, dan ngeblog dari tahun 2014 sampe sekarang 2017  berarti ada hmmm 4 minggu x 12 bulan x 3 tahun, berarti yaa ada paling ngga 144 tulisan. Hehe
Kalo ga teratur seminggu sekali, bisa lebih banyak atau lebih sedikit. Tapi ya tetep aja banyak. Sedangkan aku? Hmmm bolos 3x, kayanya baru ada 10 sampe 15 tulisan aja di blog.
Terus juga pengen bisa ngeblog sesuai EYD, karena pengen bisa nerbitin buku non-fiksi. Yah, keinginan mah udah ada dari tau kapan, tapi realisasiinnya hese pisan. Hmmm
Mudah kok mudah, mudah-mudahan konsisten dulu #1minggu1cerita nya, biar menambah kosa kata bahasa dan gaya penulisan. Kali aja jadi bisa belajar gimana caranya nulis yang enak dibaca banyak orang.
Oya oya, kali ini aku sih cuma pengen cerita kegiatan aku sehari-hari aja selama seminggu ini. Langsung deh cekidot~
Aku ada banyak kegiatan mulai dari selasa kemaren. Tapi aku sedih, karena kegiatan aku yang keliatannya didukung penuh oleh orang tua juga kadang jadi bahan pembicaraan kalo orang tua udah mulai cerewet.
Seperti minggu-minggu biasanya, aku pergi ke RPM (Rumah Pemberdaya Masyarakat) di Pamulang, Tangsel tempat aku akademi. Tapi ternyata aku lupa kalau ada anak santri Tahfidzpreneur yang sakit dan dirawat di RS sejak hari jum'at atau sabtu sebelumnya. Akhirnya aku pergi dengan bayangan bakal sendiri di sana.
Jam 8 aku sudah siap dengan pakaian rapi dan lengkap. Namun abi masih belun pulang juga dari pergi ke luar pagi tadi. Aku tidak ketar-ketir. Toh, aku di sana cuman sendirian. Jadi tak masalah datang siang juga. Akhirnya jam 9 kurang abi datang, dan aku langsung berangkat.
Ternyata sambil menunggu abi pulang, hari itu akademi ada agenda rapat dengan pihak BNI Syari'ah cabang BSD, Tangsel. Akhirnya aku diajak ikut sekalian hari itu kami akan eval kegiatan olshop kami selama sebulan.
Banyak yang menjadi bahan evaluasi dari kepala Akademi, ka Wisnu Febri. Termasuk bagaimana kami harus mendata kinerja tim selama sebulan, bahkan seminggu. Bagaimana seorang bawahan seharusnya melaporkan kegiatan mereka pada atasannya tanpa harus ditanya dulu oleh sang atasan. Selain memudahkan tugas atasan, tentu akan menambah penilaian sang atasan kepada bawahannya tersebut. Meski kami semua sepakat bahwa tidak ada senioritas di tim. Semua saling bekerja sama, dan paling penting adalah profesionalitas. Disiplin dan tanggung jawab benar-benar harus dikedepankan dalam kinerja tim.
Selain itu, ka Wisnu juga mengkritik pembuatan data base kami sebagai online shopper. Karena tanpa data base, akan sulit menghasilkan repeat order. Pelayanan pada customer juga prioritas. Bagaimana komunikasi, dan penawaran yang baik. Ah terlalu banyak hal yang dikritisi oleh ka Wisnu. Meski jujur, ka Wisnu belum pernah membuka Online Shop, tapi ilmu kewirausahaannya sudah sangat luas. Terbukti dari kedai ramennya yang sudah tersohor di kampus IPB, Bogor.
Selain cerita tadi, ada hal yang ingin aku share terkait hari pertama ramadhan. Soal tarawehnya, puasanya, menu buka puasa, sampai taraweh lagi. Yah intinya sih yang berkaitan dengan hari pertama ramdhan (karena emang puasa ramadhan baru hari pertama saat tulisan ini ditulis. Hehe)
Singkatnya, malam pertama teraweh adik aku udah semangat ngajakin kakaknya untuk sholat di masjid. Bahkan saat sang kakak yang perempuan ini sedikit "ogah-ogahan" menawarkan untuk sholat di musholla yang jaraknya lebih dekat ke rumah ia tolak dengan tegas. Baginya taraweh pertama harus dan musti di masjid. Selain memberi kesan sebagai taraweh pertama, ternyata alasan lainnya adalah karena di masjid ada AC sedangkan di musholah tidak ada (meski pada kenyataannya ACnya tidak dinyalakan karena berbagai alasan. Tapi memang suasana masjid yang megah jadi tidak terlalu terasa gerah dibanding dengan musholah yang rame yang pasti menyebabkan kegerahan yang cukup membuat sholat jadi tidak nyaman).
Akhirnya mau tidak mau aku pun menyanggupi keinginannya. Karena tidak ada lagi anggota keluarga lain yang bisa dan mau diajak taraweh ke luar. Adikku ini anak terakhir. Dua kakaknya yang lain ga ada di rumah karena pendidikan. Abi dan ummi nya juga gabisa diharapkan akan mau diajak sholat ke masjid. Terutama kondisi kesehatan ummi yang membuat beliau beberapa tahun terakhir ini selalu sholat dalam kondisi duduk.
Berangkatlah kita saat qomat sudah berkumandang. Adikku menyuruhku untuk segera, karena takut ga kebagian tempat dan takut ketinggalan rokaat pertama. Aku yang tingginya 10 senti lebih rendah dari adikku setengah berlari menyesuaikan langkahnya yang cepat dan panjang-panjang. Berat badanku yang 20 kg lebih berat darinyapun membuat nafasku menjadi putus-putus alias ngos-ngosan. Keringat sudah membanjir di sekitar wajah bercampur air bekas wudhu. Mukena sekitar muka pun ikut basah. Tapi ah sudahlah. Salah juga sih telat siap-siap (karena ogah-ogahan tadi).
Alhamdulillah saat surat pendek sedang dibacakan oleh imam kami sudah diposisi bersiap menjadi jamaah masjid. Sehingga isya itu kami tidak ketinggalan satu rokaatpun. Namun oh sungguh mengejutkan. Saat taraweh sudah mulai dilaksanakan, pada rokaat pertama setelah al-fatihah, sang imam membaca satu ayat surat Al-baqoroh ayat 183 yang isinya tentang berpuasa. Setelah itu langsung ruku'.
Aku kira cukup di rokaat pertama saja yang seperti itu. Namun ternyata, di rokaat pertama sholat taraweh berikutnya (atau bisa dibilang rokaat ke-tiga, ke-lima, dan ke-tujuh) sang imam selalu membaca ayat yang sama dengan jumlah ayat yang sama pula yaitu hanya satu. Hal ini membuat saya miris, karena sejatinya hakekat taraweh yang hukumnya sunnah yang dianjurkan bukanlah seperti apa yang dilakukan imam pada contoh di atas. Pada zaman Rasulullah (dan ini sunnah yang diajarkan langsung oleh Nabi), bahwa rokaat tarawehnya memang 11 rokaat. Namun jika melihat pada hadits-hadits yang menjelaskan tentang itu, lama nya 11 rokaat nabi bisa sampai sepertiga malam (± dini hari). Sehingga contoh seperti imam di atas tentu kurang sejalan dengan hakekat awal sholat taraweh. Walaupun memang tidak diwajibkan (seperti yang ada pada hadits dr Aisyah, istri Rasulullah), sehingga boleh sesuai kesanggupan saja. Namun alangkah baiknya di bulan Ramadhan ini, kita bisa meningkatkan amal ibadah kita.
Bukan melulu memikirkan dan menyiapkan menu buka puasa. Seperti kisah berikut ini, menurut saya agak menyimpang dari makna puasa yang terdapat pada bulan Ramadhan.
Pagi itu, pukul 09 pagi, aku sudah mencium wangi aroma masakan di lantai 2 rumahku. Entah siapa yang memasak, namun dalam hatiku berujar "baru juga sahuur, udah masak aja".... Beberapa jam berselang, aku menemui ibuku dan kami ngobrol cukup lama. Kalau tidak salah, jam 2 siang. Kemudian ibuku menunjukkan sesuatu di HPnya.
"Nih, temen ibu udah masak buat buka. Ada sop iga yang belah sini, ada gulai ama sayur (ntah apa namanya). Trus ada kolek sama es kolang-kaling. Nanti sore tinggal bikin gorengan." semua yang ditunjukan itu berupa foto masakan yang sudah matang.
"emang keluarganya banyak, mi? sampe mevvah gitu menunya?"
"Nggak, cuma berempat. Dia, suaminya, anaknya 2 yang satu baru lulus SMA, yang satu masih SD" -________-

Komentar

Postingan populer dari blog ini

When Your Family is Your 'Haters'

Ketika "Lupa" pada Tugas dan Kewajiban

Mencoba Transportasi Umum di Masa Pandemi