Kegiatan Melepas Penat

 (Versiku)



Siapa sangka, kegiatan rutin keluar rumah, yang biasanya menjemukan -sebelum corona datang- ternyata mampu menjadi obat paling ampuh setelah lama di rumah saja. Yup. Sebagai keluarga yang pernah menjadi bagian dari data pasien positif dan pasien sembuh covid, kegiatan #dirumahsaja menjadi lebih lama dilakukan, mengingat diharuskannnya isolasi mandiri hingga karantina mandiri.

Tak mengherankan, jika beban kepenatan naik berkali-kali lipat. Jika selama ini #dirumahsaja masih bisa ke Alfa, atau belanja ke pasar, atau sekedar olahraga pagi, maka selama isolasi dan karantina mandiri, keluargaku sama sekali dilarang keluar rumah. Bahkan selama 24 jam di rumah, hingga tidurpun, kami diwajibkan memakai masker. Rasanya? Sesak luar biasa.

Kami hanya akan melepas masker pada saat makan dan mandi. Jika diakumulasi, kegiatan ini berlangsung selama kurang lebih 2 bulan.

Setelah lama terisolasi di rumah, akhirnya satu bulan terakhir (atau mungkin satu setengah bulan), keluargaku sudah mulai sosialisasi dengan orang luar. Dengan protokol yang lebih ketat seperti tamu yang datang ke rumah harus memakai masker, dan tidak boleh dilepas selama pembicaraan. Disediakan hadsanitizer dan desinfektan (ini sudah dari tahun lalu sih...tapi sekarang jauh lebih ketat dengan penggunaan dua hal ini).

Ayah dan ibu pun sudah beberapa kali pergi keluar rumah. Entah itu ke kantor dinas, mendatangi hajatan, bahkan mengurusi urusan UMKM di sekitar tempat kami tinggal. Adikku juga sudah menemui teman-temannya yang datang jauh dari Semarang ke Bogor. Sedangkan aku, sudah 2 kali pergi ke kampus.

Berangkat pagi dengan orang-orang kantoran. Melihat kemacetan tol tomang yang selalu macet sebelum pandemi, dan masih macet saat new normal. Normalnya Jakarta adalah sebuah kemacetan. 👻👻👻 Menyusuri Jalan Wijaya dari terminal Blok M. Kalau sebelum pandemi biasa kulakukan jalan kaki, namun kali ini aku lebih memilih memanfaatkan ojek online. Panas cynn>_<

Ada satu tempat di jalan Wijaya (yang ternyata bukan jalan Wijaya namanya, di maps tertulis jalan Tirtayasa xD) yang masih membuatku penasaran ketika kemarin melewatinya. Sebuah rumah yang selalu ramai dengan penjagaan ketat polisi. Asumsiku, mungkin itu adalah rumah dinas pangkat tertinggi di kepolisian. Mengingat kantor Mabes Polri berada tak jauh dari sana.


Namun, karena tulisan ini, aku akhirnya berinisiatif untuk mengecek google maps. Penasaran. Sejak awal melewati tempat tersebut (sekitar tahun ke-dua kuliah hingga sekarang sudah tahun ke-4), aku hanya terus berasumsi. Dan....FUILAAA!! Ternyata keterangan di maps-pun tertera rumdin alias rumah dinas. Dan tempat dengan banyak polisinya itu sepertinya adalah KOMPOLNAS atau kalau di maps sih, Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian.




jarak antara Mabes Polri dan Kompolnas, serta letak jalan Wijaya 'yang sebenarnya' >_<

Nah, yang seperti ini saja, selain menambah wawasan baru, ternyata membuatku cukup senang dan refresh. Aku memang tipe orang yang bila tidak tahu, daripada tanya orang lain, lebih suka eksplore sendiri di internet. Seperti tugas bahasa Inggris disuruh mencari kosakata verb dan noun, dan mencari artinya. Senang bisa membuka kamus online macam U-Dictionary atau Oxford Dictionary (bahkan google translate).

Yang lebih menyenangkan lagi adalah perjalanan pulang dari kampus kemarin. Jalan kaki dari kampus menuju halte busway. Rasanya mengulang kenangan lama sambil refresh diri aja. "Kapan lagi,kan bisa kaya gini?" Setelah satu tahun lebih tidak pernah jalan kaki 'sejauh' ini. Belum lagi sensasi memandangi langit senja Jakarta dari halte busway koridor 13. (Buat kalian yang bukan orang Jakarta, halte busway koridor 13 memiliki rute utama dari dan menuju Ciledug. Serta, jalanan ini merupakan jalan layang khusus untuk transjakarta, sehingga posisinya setinggi gedung perkantoran.)


(sumber: twitter naeyouroppa)

Meskipun pada pemberitaan awalnya halte layang ini menerima respon negatif karena 'tidak ramah' penumpang, namun kenyamana, kecepatan perjalanan sebanding dengan itu. Walaupun harus ngos-ngosan naik tangga 3 lantai, aku rela bang xD. Tapi memang jadi tidak rekomendasi untuk para lansia dan anak-anak untuk menikmati pelayanan ini.

Nah, sekian dulu soal tulisanku dalam rangka melepas kepenatan. Segini aja aku udah refresh banget loh. Memang ya, bagaimanapun, menulis menjadi obat paling baik buatku melepas penat. :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

When Your Family is Your 'Haters'

Ketika "Lupa" pada Tugas dan Kewajiban

Mencoba Transportasi Umum di Masa Pandemi